![]() |
Menteri Agama, Prof. KH Nasaruddin Umar |
SUARABANTAS, Jakarta – Menteri Agama, Prof. KH Nasaruddin Umar, menekankan pentingnya gerakan Wakaf Hutan sebagai upaya mewariskan dunia yang indah dan lestari kepada generasi muda. Hal ini disampaikan dalam acara Malam Charity Dinner bertajuk 'Ekoteologi dalam Aksi, Gerakan Green Waqf untuk Pelestarian Hutan Berkelanjutan' di Kementerian Agama (Kemenag), Jakarta, Selasa (23/4/2025).
Gerakan Wakaf Hutan, yang diinisiasi oleh Moslem for Shared Actions on Climate Impact (MOSAIC), dipandang sebagai simbol harapan manusia akan nilai-nilai luhur dan upaya pelestarian lingkungan.
Menteri Agama, Prof. KH Nasaruddin Umar, dan Ketua MOSAIC, Nur Hasan Murtiaji, menjadi tokoh sentral dalam gerakan ini. Kemenag dan Badan Wakaf Indonesia (BWI) juga terlibat aktif.
Acara Malam Charity Dinner diselenggarakan di Kementerian Agama, Jakarta. Gerakan Wakaf Hutan sendiri telah menjangkau beberapa daerah di Indonesia, termasuk Aceh, Bogor, Gunung Sindur, Mojokerto, Wajo, Gunungkidul, Tasikmalaya, dan Padang.
Gerakan ini terus digalakkan, dengan serangkaian acara seperti Malam Charity Dinner pada 23 April 2025, penanaman satu juta pohon serentak pada Hari Bumi (22 April 2025), dan roadshow Wakaf Hutan selama bulan Ramadhan.
Menteri Agama menekankan bahwa hutan adalah warisan penting yang mengandung nilai-nilai luhur. Tanpa hutan, kehidupan, kesuburan, dan keluhuran akan terancam. Gerakan ini juga selaras dengan program ekoteologi yang diinisiasi oleh Kemenag.
MOSAIC bekerja sama dengan Kemenag dan BWI untuk mengembangkan gerakan Wakaf Hutan. Mereka telah melakukan roadshow ke berbagai daerah, membentuk Forum Hutan Wakaf Indonesia, dan menyusun peta jalan lima tahun ke depan yang berfokus pada penguatan kompetensi nazhir melalui prinsip Good Nazhir Governance.
Menteri Agama menyatakan, "Tanpa pepohonan tidak ada legacy warisan dari orang tua untuk anaknya. Mewariskan hutan berarti mewariskan nilai-nilai luhur. Tanpa ada hutan itu nanti tak akan ada kehidupan. Tanpa ada kesuburan, tanpa ada keluhuran, tanpa ada keteguhan." Beliau juga mengapresiasi pembentukan Forum Hutan Wakaf Indonesia dan koordinasi dengan BWI untuk memperluas cakupan gerakan ini.
Ketua MOSAIC, Nur Hasan Murtiaji, menjelaskan bahwa kampanye Wakaf Hutan ini sejalan dengan program ekoteologi Kemenag. "Dengan konsep hutan wakaf, pelestarian ekologi punya dampak ekonomi dan kontribusi untuk edukasi," ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa telah dibentuk Forum Hutan Wakaf Indonesia, dan hasil FGD menghasilkan peta jalan pengembangan hutan wakaf selama lima tahun kedepan.
Dengan adanya tujuh titik hutan wakaf yang tersebar di seluruh Indonesia, gerakan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat. (SB)