UY0EvzZgeEEo4KiQ1NIivy9VYY1PQHFF9n6p7Enr
Bookmark

Museum Masuk Sekolah": Upaya Gedong Kirtya Lestarikan Warisan Lontar dan Aksara Bali di Kalangan Generasi Muda

Dalam upaya edukasi, petugas UPTD Gedong Kirtya menyapa anak-anak sekolah dasar dan memperkenalkan warisan budaya lontar. 

SUARABANTAS.COM, Buleleng – UPTD Gedong Kirtya secara aktif menggelar program "Museum Masuk Sekolah" sebagai upaya krusial untuk memperkenalkan kembali kekayaan warisan budaya lokal kepada generasi muda, khususnya siswa sekolah dasar. Inisiatif ini berfokus pada pengenalan lontar dan aksara Bali, bertujuan menumbuhkan pemahaman dan kecintaan terhadap budaya leluhur di kalangan pelajar.

Program "Museum Masuk Sekolah" adalah inisiatif edukatif yang dirancang untuk mendekatkan warisan budaya, khususnya lontar dan aksara Bali, kepada siswa sekolah dasar. Kegiatan ini tidak hanya mengenalkan sejarah dan profil Gedong Kirtya, tetapi juga melibatkan sesi praktik langsung seperti belajar menulis aksara Bali di atas daun lontar, menonton video profil museum, serta menyanyikan lagu-lagu tradisional Bali.

Program ini digagas dan dilaksanakan oleh UPTD Gedong Kirtya. Kepala UPTD Gedong Kirtya, Dewa Ayu Putu Susilawati, menjadi sosok kunci di balik keberlanjutan program ini. Peserta utama adalah siswa sekolah dasar, didampingi oleh guru dan kepala sekolah, dengan antusiasme yang tinggi dalam setiap pelaksanaannya.

Sejak awal tahun ini, program telah menyasar 18 sekolah dasar di wilayah Kecamatan Buleleng. Ke depannya, Gedong Kirtya berharap dapat menjangkau lebih banyak sekolah di luar wilayah tersebut.

Koordinasi untuk pelaksanaan program tahun ini telah dimulai sejak April 2025. Hingga Mei 2025, tercatat sekitar 2.500 kunjungan ke museum, menunjukkan dampak positif dari program yang sudah berjalan. Program ini bersifat berkelanjutan dan telah berjalan sejak tahun-tahun sebelumnya, bahkan sempat menyasar tingkat SMP.

Dewa Ayu Putu Susilawati menekankan pentingnya program ini karena masih banyak siswa yang belum familiar dengan Gedong Kirtya dan nilai warisan budaya yang terkandung di dalamnya. "Warisan budaya berupa lontar adalah bukti kehebatan leluhur kita. Pengetahuan dan kearifan lokal yang mereka miliki luar biasa," ujarnya. Harapannya, melalui pengenalan ini, siswa dapat mengenal, memahami, merasa bangga, dan pada akhirnya turut melestarikan budaya mereka. Peningkatan signifikan jumlah kunjungan museum, dari 500-700 di masa pandemi menjadi lebih dari 7.000 pengunjung per tahun, juga menjadi bukti keberhasilan program dalam menumbuhkan minat.

Pelaksanaan program "Museum Masuk Sekolah" melibatkan koordinasi erat dengan pihak kecamatan untuk memastikan kegiatan tidak mengganggu proses belajar mengajar di sekolah. Meskipun terkendala pendanaan, Gedong Kirtya tetap berkomitmen penuh untuk melanjutkan inisiatif ini. Selain program edukasi di sekolah, Gedong Kirtya juga terus berinovasi dengan merancang kegiatan budaya lainnya, seperti Pameran Rempah yang direncanakan pada Oktober mendatang. Pameran ini akan mengkaji rempah dari berbagai perspektif, termasuk sejarah, upacara, pengobatan tradisional (usadha), hingga analisis ilmiah, yang akan disertai seminar melibatkan pakar.

Gedong Kirtya, sebagai satu-satunya museum lontar yang masih aktif di Indonesia, optimis bahwa program ini tidak hanya akan memperluas jangkauan ke lebih banyak sekolah, tetapi juga mendorong siswa untuk berkunjung langsung ke museum. Tujuannya adalah agar generasi muda tidak hanya mengenal, tetapi juga bangga dan aktif berkontribusi dalam menjaga kelestarian warisan budaya bangsa. (*)