SUARA BANTAS. Penyelenggaraan upacara Tumpek Krulut dilaksanakan pada hari Sabtu Keliwon Krulut yaitu pada urutan wuku yang ke -17 dan jumlah wuku yang dan merupakan tumpek yang ke 4 dari 6 jenis Tumpek yang ada.
Krulut berasal dari kata lulut, yang artinya senang luar biasa dalam bahasa daerah Bali dikenal sebutan "Tresna Pisan atau Kepingon". Senang luar biasa dalam hal ini adalah terhadap mereka yang mempunyai profesi dibidang Seni Suara diiringi dengan suara tetabuhan seperti misalnya : Sekaa Arja, Topeng, Prembon, Drama Gong, Angklung, Sekaa Gong dan lain sejenisnya.
Para pemilik rasa-rasa seni ini tidaklah aneh bila disaksikan, walaupun misalnya pada suatu saat mereka itu kelihatannya kurang sehat, kalau mendengar akan dapat pentas, maka sakitnya itu bisa hilang seketika, akibat dapat diobati oleh rasa senang (lulutnya) yang menyentuh rasa batinnya.
Penyelenggaraan Tumpek Krulut ini, bila dihayati secara mendalam merupakan penciptaan rasa saling kasih mengasihi antara sesama manusia dengan sarana seni tetabuhan hasil ciptaan Hyang Widhi Wasa yang dapat membukakan suara menarik dan memikat setiap orang dalam kehidupannya seperti yang dirasakan oleh para penabuh, penikmat, penonton dan penari dengan memakai iringan suara Tetabuhan Gamelan sehingga apa yang disajikan menjadi selaras, serasi dan seimbang serta tak jemu-jemunya untuk dinikmati.
Tumpek Krulut upacara segala jenis Tetabuhan Gamelan |
Upacara pada Tumpek Krulut sesuai dengan tuntunan pustaka Rontal "Aji Gurnita" adalah untuk mengupacarakan segala jenis Tetabuhan Gamelan yang juga disertai dengan sarana upakara atau bebantenannya dinyatakan sebagai berikut :
...........Mwah yaning ngupakara salwiring tetabuhan, rikala wuku Krulut ring Dina Saniscara Keliwon, bebantenanya kang inareparep : Sasayut, Pengambilan, Peras, Penyeneng, Sodaan, Daksina, Blabaran, Ketupat Gong, Kelanan, Canang Buratwangi Lenga Wangi, Pesucian, Rantasan, Kumkuman, saha Penyamblehan, mwah Pengulapan, Pengenteg, Prayascita saking sang Wuku, lian sakerika, sekarepta ngawewehin wenang, nanging anut akena.
Artinya :
Dan apabila mengupacarakan segala jenis tetabuhan tepatnya dilaksanakan pada wuku Krulut Saniscara Keliwon dengan upakara bebantenanya terdiri dari : Sesayut, Pengambyan. Peras, Penyeneng, Sodaan, Daksina, Blabaran, Ketupat Gong, Kelanan,Canang Wangi, Lenga Wangi, Pesucian, Rantasan, Kumkuman, Penyamblehan disertai Pengulapan Pengenteg, Prayascita dari Pendeta dan selain itu bila ingin melengkapi dibenarkan sesuai dengan kemampuan (desa, kala dan patra).
Dikutip dari buku karya Drs. Ni Made Sri Arwati judul buku tentang Hari Raya Tumpek
Pada hari Tumpek Krulut masyarakat Hindu mengadakan pemujaan puji syukur kepada Tuhan dalam manisfestasinya sebagai Dewa Iswara, yang telah terciptanya suara-suara suci dalam bentuk Tabuh atau Gamelan.
Hari Tumpek Krulut jika dicermati secara mendalam sesungguhnya sebagai sarana memunculkan rasa saling asih, asah dan asuh di antara sesama manusia melalui sarana seni tetabuhan, hasil dari karya cipta Hyang Widhi yang membuat rasa tertarik, senang, selaras serasi dalam kehidupan.