UY0EvzZgeEEo4KiQ1NIivy9VYY1PQHFF9n6p7Enr
Bookmark

Sejarah Pura Batumadeg dan Peran Desa Selemadeg dalam Khasanah Bali

SUARABANTAS.COM, Tabanan – Sejarah asal-usul nama Selemadeg yang kini menjadi nama kecamatan di Kabupaten Tabanan, Bali, berasal dari kata "Selo Madeg" atau Batu Berdiri. Kisah ini berawal dari perjalanan spiritual Rsi Markandya, yang menurut penuturan tokoh masyarakat sekaligus praktisi spiritual, Jero I Wayan Lasi, memiliki kaitan erat dengan keberadaan Pura Batumadeg.

Menurut Jero I Wayan Lasi, Rsi Markandya yang bertapa di Gunung Raung, Jawa Timur, kemudian melanjutkan perjalanan ke Bali dan singgah di lokasi yang kini dikenal sebagai Selemadeg. Di tempat ini, terdapat sebuah batu gaib yang hingga saat ini masih diyakini sebagai "kawitan" atau asal mula Selemadeg dan dapat ditemukan di areal Pura Puseh Desa Pekraman Selemadeg.

Kisah berlanjut ketika Raja Bali mengetahui keberadaan Rsi Markandya dan mengundangnya untuk rapat. Rapat yang digelar di Batu Ungang, Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Tabanan, ini menghasilkan keputusan untuk mendirikan Pura Batumadeg pada tahun 1330. Pura ini disahkan oleh Raja Bali dengan dukungan utusan Raja Majapahit dan diempon oleh masyarakat Selemadeg, serta diperuntukkan bagi "wong Tawanan" atau masyarakat Tabanan.

Meskipun Pura Batumadeg berada di wilayah Tabanan, Raja Tabanan memberikan kewenangan penuh kepada masyarakat Selemadeg untuk menjaga pura tersebut sebagai bentuk penghargaan. Selain itu, sebagai salah satu desa tertua, Raja Tabanan juga memberikan hadiah berupa Pura Batur yang berlokasi di sebelah timur Pura Puseh Selemadeg.

Selain sejarah desa, Jero I Wayan Lasi yang juga menjabat sebagai pembina Perguruan Tenaga Dalam (PTD) Bambu Kuning untuk wilayah Selemadeg (sekarang mencakup Kecamatan Selemadeg, Selemadeg Barat, dan Selemadeg Timur), turut menceritakan pengalaman spiritualnya.

Sekitar tahun 1996-1997, PTD Bambu Kuning pernah mengadakan ritual Pasupati penerimaan anggota perdana di Pura Puseh Selemadeg. Pasupati ini dilakukan secara swadaya dan disaksikan oleh tokoh masyarakat, aparat, serta dihadiri oleh Pinisepuh PTD Bambu Kuning, Drs. I Nyoman Serengen. Jero Lasi mengisahkan, dalam pandangan spiritual, Pinisepuh PTD Bambu Kuning melihat kehadiran sosok berjubah putih yang membawa sangku selama prosesi berlangsung.

Jero Wayan Lasi menegaskan bahwa filosofi Perguruan Bambu Kuning yang mengusung motto "kesucian adalah kegaiban, kebenaran adalah kemenangan" sejalan dengan aura spiritual di wilayah Selemadeg. Ilmu yang mereka kembangkan bersumber dari ajaran leluhur Bali dan bertujuan untuk menuntun anggotanya agar selalu ingat pada leluhur, berbakti kepada Tuhan, serta menjadi pribadi yang welas asih dan bermanfaat bagi masyarakat. (Adi