SUARABANTAS.COM, Tabanan-Tumpek Wariga dikenal juga sebagai Tumpek Bubuh. Namun banyak yang tidak mengetahui, mengapa saat Tumpek Wariga mesti membuat bubur. Mengapa pula dalam banten pengantag yang dihaturkan saat mengupacarai tumbuhan mesti dilengkapi bubur?
Secara filsafat bubur merupakan lambang kesuburan. Perayaan Tumpek Wariga memang dimaksudkan sebagai ungkapan syukur atas anugerah kesuburan yang diberikan Ida Sang Hyang Widhi Wasa sehingga segala macam tumbuhan bisa tumbuh dengan baik. Tumbuh-tumbuhan itu yang kemudian menjadi sumber kehidupan utama bagi umat manusia.
Dalam ajaran agama Hindu dikenal konsep Tri Chanda yakni tiga unsur yang menjadi penyebab hidup dan kehidupan. Ketiga unsur itu yakni : vata (udara), apah (air) serta ausada (tumbuh-tumbuhan). Tanpa ketiga unsur itu, kehidupan tidak bisa berlangsung.
Kejahatan terhadap ketiga unsur dasar dalam kehidupan itu adalah kejahatan terbesar dalam hidup. Berdasarkan Niti Sastra juga disebutkan Tri Ratna Permata, tiga hal yang menyebabkan kemuliaan hidup yakni tumbuh-tumbuhan, air dan kata-kata bijak. Menurut sastra Hindu tumbuh-tumbuhan adalah saudara tua manusia. Tri Pramana : Tumbuhan (Bayu), Binatang (Bayu dan Sabda), Manusia (Bayu, Sabda, Idep).
Tuhan menciptakan semesta ini dengan segala isinya adalah untuk harmonisasi dan keseimbangan agar kehidupan setiap mahluk dapat berkesinambungan. Mewujudkan harmonisasi tersebut, salah satunya dengan cara menjaga kelestarian alam, melakukan gerakan penghijauan seperti pelestarian hutan demi menjaga sumber mata air, serta tidak membuang sampah sembarangan. Kesadaran melestarikan alam sejalan dengan implementasi Tumpek Wariga, alam lestari agar bisa juga dinikmati oleh generasi yang akan datang. (Adi)