SUARABANTAS.COM, Tabanan - Desa Adat Bantas di Kabupaten Tabanan, Bali, kembali menggelar tradisi luhur yang sarat makna, yaitu upacara ngaben massal. Acara yang berlangsung pada Senin, 8 Mei 2023, ini dipusatkan di Setra Agung (kuburan umum) Desa Adat Bantas dan diikuti oleh 26 sekah (jenazah dewasa) serta 5 nglungah (jenazah anak-anak).
Upacara ngaben, yang merupakan bagian dari Pitra Yadnya, adalah ritual penting dalam ajaran Hindu Bali untuk mengembalikan unsur-unsur pembentuk raga manusia (Panca Maha Bhuta) kembali ke alam semesta.
Selain menjadi wujud bakti kepada leluhur, upacara ngaben massal ini juga memiliki manfaat sosial dan ekonomi yang besar bagi masyarakat.
Meringankan Beban Masyarakat
Menurut Wayan Wijana, Bendesa Adat Bantas, pelaksanaan ngaben secara massal ini sangat membantu masyarakat.
"Masyarakat Bantas yang berpartisipasi merasa terbantu, karena dilaksanakan secara massal tentu hal ini meringankan beban masyarakat secara ekonomi," ujarnya. Pernyataan ini mencerminkan komitmen kuat desa dalam menjaga tradisi sekaligus memastikan bahwa semua warganya, tanpa terkecuali, dapat melaksanakan kewajibannya terhadap leluhur tanpa terbebani biaya yang besar.
Biaya yang dikeluarkan untuk ngaben massal ini pun terbilang terjangkau. Ketua Panitia, I Made Suarda, menjelaskan bahwa tingkatan yadnya yang diambil adalah Toya Pranawa dengan biaya Rp 5 juta per sekah. Angka ini jauh lebih ringan dibandingkan dengan biaya ngaben perorangan yang bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah, tergantung tingkatannya. Hal ini membuktikan bahwa semangat gotong royong dan kebersamaan menjadi kunci utama keberhasilan acara ini.
Dihadiri Berbagai Tokoh Penting
Kegiatan ngaben massal di Desa Adat Bantas ini mendapat perhatian dan dukungan dari berbagai pihak, baik dari tingkat lokal hingga nasional. Turut hadir dalam acara ini Sekda Tabanan I Gede Susila yang mewakili Bupati Tabanan. Hadir pula anggota DPR RI I Made Urip, anggota DPRD Provinsi Bali I Ketut Suryadi, serta sejumlah anggota DPRD Tabanan, termasuk I Made Muskadana, I Wayan Eddy Nugraha Giri, dan I Ketut Budi Adnyana.
Kehadiran para tokoh ini menunjukkan betapa pentingnya upacara adat ini sebagai bagian dari identitas budaya Bali. Selain itu, hadir pula Camat Selemadeg Timur, perwakilan dari Polsek dan Koramil Selemadeg, Perbekel Desa Bantas, serta berbagai unsur adat dan agama lainnya, seperti Kertha Desa, Sabha Desa Adat Bantas, Majelis Alit Kecamatan Selemadeg Timur, dan PHDI Kecamatan Selemadeg Timur.
Menjaga Adat dan Budaya Bali
Dalam sambutannya, Sekda I Gede Susila menekankan bahwa ngaben massal ini tidak hanya sekadar ritual, tetapi juga sejalan dengan program pembangunan pemerintah.
"Kegiatan ngaben massal yang dilaksanakan oleh Desa Adat Bantas selain untuk melestarikan adat dan budaya Bali melalui Panca Yadnya massal juga sejalan dengan Program Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui pola pembangunan semesta berencana menuju Tabanan yang aman, unggul, dan madani," ujarnya.
Pernyataan ini menegaskan bahwa tradisi dan pembangunan dapat berjalan beriringan, di mana nilai-nilai luhur budaya menjadi fondasi bagi kemajuan suatu daerah.
Panitia ngaben massal juga menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas partisipasi dan dukungan dari semua pihak, sehingga acara dapat berjalan dengan aman, lancar, dan khidmat. Partisipasi aktif dari masyarakat dan dukungan dari pemerintah membuktikan bahwa semangat Suka Duka (senang dan susah ditanggung bersama) masih sangat kuat di Desa Adat Bantas.
Acara ini tidak hanya menjadi ajang untuk memenuhi kewajiban kepada leluhur, tetapi juga menjadi momen untuk mempererat tali persaudaraan antarwarga, memupuk semangat gotong royong, dan melestarikan kekayaan budaya Bali yang telah diwariskan turun-temurun. Ngaben massal di Desa Adat Bantas ini sekali lagi menunjukkan bahwa nilai-nilai budaya menjadi pilar utama dalam kehidupan bermasyarakat yang harmonis. (Adi)