![]() |
Mecaru dan Melas Karang di SDN 1 Bantas |
SUARABANTAS.COM, Tabanan, Bali – Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Bantas menggelar upacara Bhuta Yadnya, mecaru, dan melas karang pada Jumat (18/4/2025), sebagai upaya untuk menyeimbangkan energi alam semesta dan membersihkan lingkungan sekolah dari pengaruh negatif. Prosesi sakral ini dipimpin oleh Ida Pandita Mpu Nabe Kania Darma Daksa dari Griya Teguh Wana, Desa Tangguntiti, Kecamatan Selemadeg Timur.
![]() |
Ida Pandita Mpu Nabe Kania Darma Daksa |
Upacara ini dipimpin oleh Ida Pandita Mpu Nabe Kania Darma Daksa dan dihadiri oleh Bendesa Adat Bantas, Perbekel, PHDI Tabanan, Kepala Sekolah SDN 1 Bantas, Komite Sekolah, Kawil/Kelihan Adat Br. Bantas Bale Agung, Kawil/Kelihan Adat Br. Pucuk, Panitia Pelaksana, Srati Desa Adat, serta para Mangku Pura Tri Kahyangan Desa Adat Bantas. Upacara berlangsung di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Bantas, yang berlokasi di Desa Bantas, Kec. Selemadeg Timur, Tabanan, Bali.
Pelaksanaan Bhuta Yadnya, mecaru, dan melas karang bertujuan untuk menetralisir energi negatif (bhuta kala) yang berpotensi mengganggu keharmonisan lingkungan sekolah. Dalam perspektif Hindu Dharma, upacara ini merupakan wujud yadnya atau persembahan suci yang memiliki nilai religius mendalam.
![]() |
Ketua Panitia I Gede Wayan Darmawan |
Ketua Panitia kegiatan, I Wayan Gede Darmawan, menyatakan bahwa kelancaran upacara mecaru dan melas karang ini terwujud berkat koordinasi intensif antara panitia dengan Desa Adat, Desa Dinas, Komite Sekolah, tokoh masyarakat, serta pihak SDN 1 Bantas. Ia menambahkan sinergi melalui komunikasi dan koordinasi yang baik menjadi kunci dalam mencari solusi terbaik, demi suksesnya upacara tersebut, "imbuhnya.
Konsep Tri Hita Karana, yang menekankan keseimbangan hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, dan manusia dengan alam, menjadi landasan utama kegiatan ini. Melalui mecaru, yang merupakan persembahan kepada bhuta kala, diharapkan tercipta keseimbangan sehingga energi negatif tidak lagi mendominasi.
![]() |
Proses mecaru dan melas karang dibantu Srati Desa Adat Bantas |
Sementara itu, melas karang bertujuan untuk menyucikan areal sekolah secara spiritual, menciptakan lingkungan yang kondusif untuk proses belajar mengajar. Upacara ini dipimpin oleh seorang sulinggih, Ida Pandita Mpu Nabe Kania Darma Daksa, yang memimpin jalannya ritual sesuai dengan tata cara agama Hindu.
Kehadiran berbagai tokoh masyarakat dan perangkat desa adat menunjukkan partisipasi aktif dan dukungan terhadap nilai-nilai keagamaan serta pelestarian tradisi di lingkungan pendidikan. Partisipasi ini mencerminkan semangat gotong royong dan kebersamaan dalam menjaga keseimbangan spiritual dan sosial di masyarakat. (SB)