SUARABANTAS.COM, Badung – Kelangkaan gas elpiji bersubsidi 3 kilogram kembali menghantam Kabupaten Badung, Bali, sejak Mei 2025 dan terus berlanjut hingga awal Juni. Sejumlah warung dan pengecer mengaku belum menerima pasokan selama hampir dua pekan terakhir, memicu keresahan di kalangan masyarakat.
Kondisi ini mengulang kejadian serupa yang terjadi pada Februari lalu, di mana kesulitan pasokan juga menyebabkan lonjakan harga di tingkat pengecer. Kali ini, dampak kelangkaan terasa lebih parah, memaksa warga untuk mencari tabung gas melon hingga ke luar wilayah atau mengantre panjang di titik-titik tertentu.
Zainal, seorang pedagang ayam potong di kawasan Kelan, mengungkapkan bahwa masyarakat harus berjuang keras untuk mendapatkan gas. "Sudah dua minggu lebih banyak masyarakat yang mengantre LPG di beberapa daerah seperti Kampial Nusa Dua, tapi harganya melonjak kisaran Rp22 ribu," ujarnya pada Sabtu (8/7) siang. Ia menambahkan, jika ingin mendapatkan harga normal sekitar Rp18 ribu, warga harus mengantre di SPBU Pertamina, namun pasokan terbatas dan hanya dijatah satu tabung per orang.
Situasi serupa dialami Ady, pemilik toko kelontong di kawasan Mataram, Kuta, yang mengaku sudah dua minggu tidak menerima pasokan gas. "Dari dua minggu lalu, jalur pasokan yang biasanya melayani ke toko sudah tidak ada. Banyak warga yang balik dari toko karena tak ada gas sama sekali," jelasnya.
Lebih jauh, Kadek, pemilik warung makan di Legian, terpaksa mencari alternatif hingga ke luar wilayah Badung. "Saya sampai ke Dalung menjemput satu atau dua LPG ke sana untuk ditukar agar warung saya tetap jalan. Setiap dua hari atau tiga hari, setelah LPG kami habis, saya selalu bepergian ke Dalung. Ada salah satu pengecer di sana yang menyediakan dengan harga Rp35 ribu, tapi tetap saya tukar karena saya membutuhkan," ungkapnya, menggambarkan betapa mendesaknya kebutuhan akan gas elpiji untuk keberlangsungan usahanya.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari pihak berwenang di tingkat kabupaten maupun provinsi mengenai penyebab pasti kelangkaan ini dan langkah penanganan yang konkret. Minimnya respons dari pemerintah memicu kritik dari masyarakat.
Menanggapi situasi tersebut, I Made Pande, tokoh muda dari Nusa Dua, mendesak pemerintah daerah dan provinsi untuk segera mengambil langkah nyata. "Bupati dan Gubernur harus bekerja sama dalam menghadapi permasalahan ini. Turun dan selesaikan keluhan masyarakat, jangan hanya janji saat pemilu. Kalau benar rakyatnya melarat, bantu mereka dengan solusi nyata," tegasnya.
Pande juga tidak menutup kemungkinan adanya praktik curang dalam distribusi gas subsidi. "Kalau pun ada mafia LPG yang bermain-main dengan masyarakat, berantas sampai ke akar-akarnya. Jangan sampai ada stigma buruk soal kepemimpinan yang apatis," tambahnya, menyerukan agar pemerintah bertindak tegas demi kepentingan rakyat. Kelangkaan yang terus berulang ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai efektivitas sistem distribusi dan pengawasan gas elpiji bersubsidi. (*)