UY0EvzZgeEEo4KiQ1NIivy9VYY1PQHFF9n6p7Enr
Bookmark

Ratusan Umat Hindu Ikuti Penglukatan Banyu Pinaruh di Pantai Abian Kapas

SUARABANTAS.COM, Tabanan – Ratusan umat Hindu memadati Pantai Abian Kapas di Desa Beraban, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan, untuk mengikuti acara Penglukatan Banyu Pinaruh secara gratis pada Minggu (7/9/2025). Acara ini diselenggarakan oleh Yayasan Bhakti Yoga Dharma sebagai wujud komitmen mereka dalam melestarikan adat, agama Hindu, dan budaya Bali.

Penglukatan massal ini dipimpin langsung oleh dua rohaniwan, yaitu Ida Pandita Rsi Agung Wita Darma dari Griya Tegal Mengkeb dan Ida Pandita Manik Mas dari Griya Bajra. Prosesi ini menarik antusiasme tinggi dari masyarakat yang datang dari berbagai wilayah di Kecamatan Selemadeg Timur.

Dalam sambutannya, Ketua Yayasan Bhakti Yoga Dharma, Nyoman Putra, menyampaikan rasa terima kasihnya kepada seluruh pihak yang telah mendukung kelancaran acara ini. "Acara Penglukatan Banyu Pinaruh yang ke-3 ini merupakan wujud nyata komitmen kami dalam melestarikan adat, agama Hindu, dan budaya Bali sebagai implementasi dari Tri Hita Karana," ujar Nyoman Putra. Ia juga menambahkan bahwa sebagian besar anggota yayasan adalah pemangku, yang semakin menguatkan misi spiritual mereka.

Plt. Asisten II Setda Tabanan I Agung Rai Dwipayana yang hadir mewakili Bupati, menyampaikan apresiasi tinggi atas inisiatif Yayasan Bhakti Yoga Dharma. Ia menilai acara ini sangat positif dalam menjaga tradisi dan nilai-nilai keagamaan. Sebagai bentuk dukungan dari Pemda Tabanan Plt. Asisten II Setda Tabanan juga menyerahkan bantuan berupa voucer kepada pihak penyelenggara.

Acara ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, di antaranya Kadis Kebudayaan, Perwakilan Kadis Pendidikan I Nyoman Miada, Camat Selemadeg Timur I Wayan Sudarya, Kapolsek Selemadeg Timur AKP I Dewa Made Pramantara, Koramil 02 Selemadeg I Wayan Sadia, Perbekel Desa Beraban I Gede Suastika, Bendesa Adat Beraban I Gede Budiasa, Majelis Alitan Kecamatan Selemadeg Timur Drs. I Gede Budhiadnya, Perwakilan Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi Kecamatan Selemadeg Timur I Made Sukantra, dan I Made Muskadana Anggota DPRD Tabanan dari Fraksi PDIP serta dari SMSI (Serikat Media Siber Indonesia) Kabupaten Tabanan. 

Penglukatan Banyu Pinaruh adalah sebuah ritual penting dalam agama Hindu Bali yang sarat akan makna mendalam. Istilah "penglukatan" berasal dari kata lukat yang berarti membersihkan atau menyucikan. Sementara itu, Banyu Pinaruh secara harfiah berarti air pengetahuan, yang melambangkan air suci yang digunakan untuk mencapai kebijaksanaan.

Upacara ini secara tradisional dilaksanakan sehari setelah Hari Raya Saraswati, hari perayaan ilmu pengetahuan. Jika Saraswati adalah hari di mana umat Hindu memuja Dewi Saraswati—Dewi ilmu pengetahuan—maka Banyu Pinaruh menjadi momen untuk memohon agar ilmu yang telah didapat bisa meresap ke dalam diri dan bermanfaat secara nyata.

Makna utama dari upacara ini adalah:
* Pembersihan Diri: Melukat dengan air suci dipercaya dapat membersihkan diri, baik secara fisik maupun spiritual. Tujuannya adalah untuk menghilangkan segala aura negatif, kesialan, dan kekotoran batin yang mungkin melekat pada diri seseorang.
* Mencapai Kebijaksanaan: Lebih dari sekadar pembersihan fisik, upacara ini juga bertujuan untuk memohon anugerah berupa kebijaksanaan dan pencerahan spiritual. Air yang digunakan dalam penglukatan dianggap sebagai medium untuk menyerap dan menginternalisasi ilmu pengetahuan, sehingga seseorang tidak hanya berilmu, tetapi juga bijaksana dalam bertindak.
* Harmoni dengan Alam dan Tuhan: Pelaksanaan ritual di lokasi alam seperti pantai, sungai, atau danau, menunjukkan eratnya hubungan antara manusia dengan alam (bhuana agung).

Melalui ritual ini, umat Hindu menyelaraskan diri dengan unsur-unsur alam semesta sebagai wujud implementasi ajaran Tri Hita Karana, yaitu hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan (parhyangan), manusia dengan sesama manusia (pawongan), dan manusia dengan alam (palemahan).

Dengan demikian, acara Penglukatan Banyu Pinaruh bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga sebuah refleksi spiritual yang mendorong umat Hindu untuk senantiasa membersihkan diri, mencari ilmu, dan hidup dalam harmoni dengan lingkungan sekitarnya, "imbuh Jero Mangku Nyoman Putra. (Adi