UY0EvzZgeEEo4KiQ1NIivy9VYY1PQHFF9n6p7Enr
Bookmark

Pura Luhur Batukau Jadi Pelopor Pura Ramah Anak: Langkah Nyata Lindungi Hak Beribadah Generasi Penerus

Program ini, kolaborasi antara Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu (Bimas Hindu) Kementerian Agama dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA).

SUARABANTAS.COM, Tabanan, Sabtu, (26/4/2025) – Sebuah angin segar berhembus di Pura Luhur Batukau, Desa Wongaya Gede, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Pura yang dikenal dengan keindahan alam dan kesuciannya ini kini menjadi percontohan penting dalam upaya mewujudkan tempat ibadah yang aman dan nyaman bagi anak-anak melalui program "Pura Ramah Anak". 

Inisiatif mulia ini merupakan hasil kolaborasi antara Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu (Bimas Hindu) Kementerian Agama dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA).

Program Pura Ramah Anak ini digagas oleh Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) dan mendapatkan dukungan penuh dari KemenPPPA sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental. Langkah ini melibatkan berbagai elemen penting dalam komunitas Hindu, mulai dari pengurus pura (pengempon), tokoh agama, sesepuh umat, hingga masyarakat sekitar. Keterlibatan aktif seluruh pihak bertujuan untuk menumbuhkan pemahaman dan komitmen bersama dalam menciptakan lingkungan pura yang kondusif bagi tumbuh kembang anak.

Tujuan utama dari program ini adalah untuk memastikan terpenuhinya hak anak dalam melaksanakan ibadah dengan aman dan nyaman. Lebih dari itu, program ini hadir sebagai perisai pelindung bagi anak-anak dari berbagai potensi bahaya, termasuk kekerasan, eksploitasi, kerentanan, dan diskriminasi di lingkungan tempat ibadah. Dengan demikian, diharapkan anak-anak dapat merasakan kedamaian dan kekhusyukan dalam beribadah tanpa rasa takut atau cemas.

Meskipun Pura Luhur Batukau baru saja diresmikan sebagai pura percontohan, ide dan konsep Pura Ramah Anak ini telah melalui proses perencanaan dan diskusi yang matang. Pemilihan Pura Luhur Batukau sebagai model pertama di Bali menjadi tonggak awal yang diharapkan dapat menginspirasi dan direplikasi di seluruh pura di Indonesia.

Pemilihan pura ini sebagai percontohan diharapkan dapat menjadi model bagi pengembangan program serupa di pura-pura lain di seluruh Indonesia. Latar belakang lahirnya program ini didasari oleh kesadaran mendalam bahwa anak-anak memiliki hak yang sama untuk beribadah dengan tenang dan terlindungi. 

Lingkungan pura sebagai tempat suci seharusnya menjadi ruang yang aman dan nyaman bagi semua kalangan, termasuk anak-anak sebagai generasi penerus umat Hindu. Program ini menjadi wujud nyata komitmen untuk menanamkan nilai-nilai agama sejak dini dalam suasana yang positif dan mendukung perkembangan budi pekerti luhur.

Pengembangan Pura Ramah Anak di Pura Luhur Batukau akan dilakukan tanpa mengubah kesakralan pura sebagai tempat ritual. Fokus utama adalah penambahan fasilitas yang secara khusus dirancang untuk memenuhi kebutuhan anak-anak. 

Beberapa fasilitas yang direncanakan meliputi area bermain yang aman dan edukatif, fasilitas toilet khusus anak-anak yang bersih dan mudah dijangkau, penyediaan buku-buku keagamaan yang menarik dan sesuai dengan usia anak, serta penyiapan petugas yang terlatih untuk berinteraksi dan menangani kebutuhan anak-anak di lingkungan pura. 

Langkah-langkah ini diharapkan dapat menciptakan pengalaman beribadah yang positif dan menyenangkan bagi anak-anak, sekaligus menanamkan nilai-nilai budi pekerti yang baik sejak usia dini. (SB