![]() |
I Made Sutarjaya seniman lukis asal Br. Bantas Bale Agung. |
SUARABANTAS.COM, Tabanan - I Made Sutarjaya, seniman lukis kelahiran 1979 dari Dusun Bantas Bale Agung, Desa Bantas, Tabanan, Kecamatan Selemadeg Timur berbagi kisah inspiratif tentang perjuangan masa lalunya. Sambil duduk santai, ia mengenang kembali masa-masa sulit saat bersekolah di Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Batubulan, Gianyar, yang lulus pada tahun 1997," ungkapnya Rabu, 6 Mei 2020.
Made menceritakan bahwa ia harus menghadapi dilema berat antara keinginannya untuk sekolah dan keterbatasan ekonomi keluarga. Sebagai anak dari seorang single parent yang hanya bekerja sebagai tukang bangunan dengan penghasilan tidak menentu, Made ragu apakah orang tuanya mampu membiayai pendidikannya.
"Setiap kali harus meminta uang untuk biaya sekolah, lidah saya terasa kelu," kenangnya. Namun, Made selalu memprioritaskan biaya sekolah di atas segalanya. Ia tidak pernah mempermasalahkan bekal yang diberikan, bahkan ia sering membawa bekal seadanya dari rumah, yang terpenting ia bisa sampai di sekolah.
Made meyakini bahwa ilmu pengetahuan adalah kunci sukses. Dengan prinsip ini, ia belajar dengan serius dan mendalami setiap materi. "Kunci dalam memahami suatu pengetahuan adalah fokus dan serius belajar," imbuhnya.
Saking gigihnya, Made rela melakukan apa saja demi menghemat pengeluaran. Ia pernah meminta kanvas bekas yang dibuang orang lain untuk kemudian diolah kembali agar bisa digunakan. Hal ini dilakukannya agar tidak membebani orang tuanya. Untuk mandiri, Made juga membuat beberapa lukisan yang kemudian ditampung oleh galeri. Lukisan-lukisan tersebut laku terjual, memberinya bekal untuk bertahan hidup sambil terus bersekolah.
Setelah lulus dari SMSR, Made Sutarjaya aktif mengikuti berbagai pameran untuk mempromosikan karyanya. Lukisannya, yang memiliki ciri khas dan karakter tersendiri, banyak dipajang di galeri-galeri di Gianyar dan diminati oleh kolektor dari berbagai negara.
Namun, seperti seniman lainnya, Made juga terdampak oleh pandemi COVID-19. Jadwal pameran yang seharusnya terlaksana pada bulan April dan Mei 2020 terpaksa dibatalkan, termasuk pameran puncak di Jakarta pada bulan Juni. Ia berharap bencana ini cepat berakhir, sehingga ia bisa terus berkarya dan melestarikan seni lukis. "Semoga diberikan umur panjang," harapnya. (Tim/Adi)