SUARABANTAS.COM, Denpasar – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Teuku Riefky Harsya menyampaikan apresiasi tinggi terhadap kemajuan Bali dalam membangun ekosistem ekonomi kreatif yang komprehensif dan berakar pada budaya lokal. Pulau Dewata disebutnya sebagai "cerita sukses" nyata dari implementasi Undang-Undang Ekonomi Kreatif, sebuah regulasi yang ia perjuangkan sejak menjabat anggota Komisi X DPR RI.
Menparekraf Teuku Riefky Harsya secara langsung memberikan apresiasi atas keberhasilan Bali dalam mengembangkan sektor ekonomi kreatif. Apresiasi ini didasari oleh pertumbuhan pesat ke-17 subsektor ekonomi kreatif di Bali, mulai dari kuliner, mode, seni pertunjukan, hingga teknologi digital dan kecerdasan buatan (AI). Bali dianggap sebagai model utama yang berhasil memadukan kearifan lokal, kreativitas anak muda, dan keberlanjutan lingkungan dalam pengembangan ekonominya.
Apresiasi ini disampaikan oleh Menparekraf Teuku Riefky Harsya dalam pertemuannya dengan Gubernur Bali Wayan Koster. Turut hadir dalam pertemuan tersebut Sekretaris Kemenparekraf Dessy Ruhati, yang juga turut menegaskan posisi Bali sebagai provinsi terdepan dalam penerapan ekraf.
Pertemuan dan penyampaian apresiasi ini berlangsung di Jayasabha, Denpasar, Bali. Lokasi ini menjadi saksi diskusi strategis mengenai arah pembangunan ekraf nasional, dengan Bali sebagai patokan utama. Pertemuan penting antara Menparekraf dan Gubernur Bali ini dilaksanakan pada Jumat, 13 Juni 2025.
Apresiasi ini diberikan karena Bali telah membuktikan diri sebagai contoh nyata keberhasilan UU Ekraf. Menparekraf Riefky menekankan bahwa semua dari 17 subsektor ekonomi kreatif berkembang pesat di pulau ini. Hal ini sejalan dengan visi Gubernur Koster untuk mentransformasi ekonomi Bali yang tidak lagi terlalu bergantung pada pariwisata, melainkan didasarkan pada kekayaan budaya dan potensi kreativitas lokal yang melimpah. Sekjen Kemenparekraf Dessy Ruhati juga menyoroti bagaimana subsektor ekraf di Bali menjadi penyelamat perekonomian daerah saat pandemi COVID-19, menunjukkan resiliensi dan adaptabilitasnya.
Keberhasilan Bali tidak lepas dari kebijakan pengembangan ekraf yang berakar pada budaya, didukung oleh inisiatif pemerintah pusat dan daerah. Menparekraf mengungkapkan langkah strategis kementerian dalam mendorong pembentukan Dinas Ekonomi Kreatif di berbagai daerah untuk mendukung pelaku ekraf secara lebih konkret, bukan hanya dalam bentuk dokumen, tetapi melahirkan pelaku usaha dan produk nyata.
Kemenparekraf juga memberikan dukungan terhadap berbagai program ekraf di Bali, termasuk pengembangan kawasan khusus ekonomi kreatif, akses permodalan, regulasi perlindungan produk lokal, hingga penyelenggaraan ajang e-sports berskala nasional dan internasional.
Di sisi lain, Gubernur Koster mengungkapkan rencana pembentukan Badan Ekonomi Kreatif dan Digital Bali, sebuah lembaga khusus yang akan mendukung UMKM dan IKM di sektor kreatif dengan jangkauan lebih luas, membantu akses pembiayaan, dan memfasilitasi kerja sama usaha.
Kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah ini ditekankan sebagai kunci dalam penguatan kelembagaan, literasi kewirausahaan, serta perluasan akses pasar dan investasi bagi pelaku ekraf. Sebagai simbol kekayaan budaya lokal dan wujud keberhasilan pelestarian tekstil tradisional, pertemuan ditutup dengan penyerahan kain endek Bali yang telah menembus pasar internasional, termasuk digunakan oleh rumah mode dunia Christian Dior. (*)