SUARABANTAS.COM, Tabanan - Sejumlah pemangku, serati, dan juru sunggi menghadiri Pesraman Pemangku dan Serati yang mengangkat tema sentral “Upakara Pengabenan Pinih Alit”. Kegiatan ini diselenggarakan di Wantilan Desa Beraban, Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan, pada Minggu (24/8/2025), sebagai upaya meningkatkan pemahaman dan kapasitas para tokoh agama Hindu terkait pelaksanaan ritual pengabenan.
Acara yang bertujuan memperdalam pengetahuan tentang tata cara upacara pengabenan ini menghadirkan narasumber kompeten, Ida Pandhita Empu Widya Tenaya Kerthi dari Griya Lewih Sari Gitgit, Buleleng. Beliau memberikan pencerahan mendalam mengenai berbagai aspek ritual pengabenan, mulai dari makna filosofis hingga tahapan pelaksanaannya.
![]() |
Kegiatan Pesraman dibuka Drs. I Gede Budhiadnya selaku Ketua Majelis Alit Kecamatan Selemadeg Timur. |
Pesraman ini dibuka secara resmi oleh Drs. I Gede Budhiadnya, Ketua Majelis Alit Kecamatan Selemadeg Timur, yang dalam sambutannya menekankan pentingnya pemahaman yang benar dan mendalam mengenai ritual keagamaan bagi para pemangku, serati, dan juru sunggi. Menurutnya, pemahaman yang kuat akan meningkatkan kualitas pelaksanaan upacara dan memperkokoh nilai-nilai spiritual dalam masyarakat. Selaku Majelis Alit di Kecamatan Selemadeg Timur Drs. I Gede Budhiadnya mengajak masyarakat secara bersama melestarikan adat, budaya dan Agama Hindu, "pungkasnya.
Dalam sesi pemaparannya, Ida Pandhita Empu Widya Tenaya Kerthi mengupas tuntas makna mendasar dari keyakinan sraddha dan bhakti umat Hindu Nusantara terhadap Siwa sebagai Tuhan Yang Maha Esa, yang dikenal dalam ajaran Siwa Sidhanta. Beliau juga menjelaskan secara rinci tentang Panca Srada, lima pilar keyakinan dalam agama Hindu yang meliputi kepercayaan pada Brahman (Tuhan), Atman (jiwa), Karma Phala (hukum sebab-akibat), Punarbhawa (reinkarnasi), dan Moksa (pembebasan). Kelima keyakinan ini, menurut beliau, menjadi landasan spiritual yang membimbing umat Hindu dalam menjalani kehidupan yang bermoral dan bertanggung jawab.
![]() |
Peserta pesraman Pemangku, Srati dan Juru Sunggi se-Desa Beraban |
Lebih lanjut, Ida Pandhita Empu menjelaskan makna esensial dari Upacara Ngaben sebagai proses spiritual untuk mengembalikan unsur fisik (Panca Maha Bhuta) ke asalnya dan membebaskan roh (Atma) dari ikatan duniawi agar dapat menyatu dengan Tuhan. Beliau kemudian menguraikan secara sistematis tahapan-tahapan penting dalam Upacara Ngaben, mulai dari Ngulapin hingga Ngarorasin/Mamukur/Nyekah, memberikan pemahaman yang komprehensif kepada para peserta. Pada pesraman ini Ida Pandita Empu juga memberikan pemahaman tentang Pengabenan Pinih Alit salah satunya Pengabenan Siwa Sumedang berdasarkan sastra.
Selain itu, beliau juga menyampaikan materi mengenai konsep Tri Rna, tiga jenis utang yang melekat pada diri manusia (Dewa Rna, Pitra Rna, dan Rsi Rna), serta bagaimana pelunasannya melalui pelaksanaan Panca Yadnya. Ida Pandhita Empu menekankan bahwa keikhlasan dan penghayatan mendalam (rasa) menjadi kunci utama dalam melaksanakan yadnya sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Acara ini turut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting masyarakat setempat, termasuk I Gede Budiasa (Bendesa Adat Beraban), I Gede Suastika (Perbekel Desa Beraban), Jero Mangku I Nyoman Putra (Ketua Yayasan Bhakti Yoga Dharma), serta berbagai tokoh masyarakat lainnya. Kehadiran mereka menunjukkan dukungan kuat terhadap upaya peningkatan kapasitas para pelayan umat dalam bidang keagamaan.
![]() |
Bendesa Adat Beraban, I Gede Budiasa memberikan sambutanya dan diharapkan pesraman dengan tema "Pengabenan Pinih Alit" dapat bermanfaat bagi peserta dan dapat diimplementasikan. |
Kegiatan Pesraman ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan para pemangku, serati, dan juru sunggi dalam melaksanakan Upacara Pengabenan Pinih Alit secara lebih baik dan sesuai dengan tuntunan agama. Peningkatan kapasitas ini akan berkontribusi pada pelestarian dan pengamalan nilai-nilai luhur agama Hindu di masyarakat. (Adi)