SUARABANTAS, Denpasar - Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali tercatat mengalami penurunan tipis sebesar 0,29 persen pada April 2025, menjadi 103,83 dibandingkan bulan sebelumnya. Data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali menunjukkan bahwa penurunan ini disebabkan oleh kenaikan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) yang lebih rendah (0,49 persen) dibandingkan dengan kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) (0,78 persen).
Penurunan tipis pada NTP Bali menunjukkan bahwa meskipun harga produk pertanian yang diterima petani mengalami kenaikan, peningkatan biaya produksi dan konsumsi rumah tangga petani tumbuh lebih tinggi.
Namun, secara sektoral, terdapat perbedaan signifikan. Subsektor hortikultura dan tanaman perkebunan rakyat masih mencatatkan NTP di atas 100, mengindikasikan bahwa nilai tukar produk mereka masih mampu memenuhi kebutuhan.
Sebaliknya, subsektor tanaman pangan, peternakan, dan perikanan berada di bawah angka 100, menandakan tekanan ekonomi yang lebih besar bagi petani di sektor-sektor ini. Data dan analisis ini secara spesifik merujuk pada kondisi perekonomian petani di seluruh wilayah Provinsi Bali.
Penurunan NTP ini tercatat pada bulan April 2025, dibandingkan dengan data pada bulan Maret 2025. NTP merupakan indikator krusial yang menggambarkan kemampuan petani untuk membeli barang dan jasa, baik untuk keperluan konsumsi rumah tangga maupun untuk biaya produksi pertanian.
NTP di atas 100 secara umum menandakan kondisi yang menguntungkan bagi petani, di mana hasil penjualan produk pertanian memiliki nilai tukar yang lebih baik dibandingkan pengeluaran mereka. Meskipun terjadi penurunan, NTP Bali yang masih di atas 100 memberikan sedikit kelegaan bahwa secara agregat, daya beli petani masih terjaga.
Menariknya, subsektor hortikultura justru mengalami kenaikan NTP yang signifikan sebesar 2,99 persen, menjadi 111,43. Kenaikan ini didorong oleh lonjakan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) di subsektor ini sebesar 3,67 persen, yang jauh lebih tinggi dibandingkan kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) yang hanya 0,66 persen. Kenaikan harga pada kelompok buah-buahan, terutama jeruk, bawang merah, tomat, dan pisang, menjadi penyumbang utama peningkatan It di subsektor hortikultura.
Meskipun demikian, petani di subsektor tanaman obat-obatan dan sayur-sayuran perlu mewaspadai penurunan harga pada komoditas mereka. Pemerintah daerah dan pemangku kepentingan diharapkan dapat mengambil langkah-langkah strategis untuk menjaga stabilitas harga komoditas pertanian dan membantu petani meningkatkan efisiensi produksi, terutama di subsektor yang mengalami tekanan NTP. (*)